Bestmom.id, Tangerang – Aktivitas mendaki gunung kini tengah menjadi tren di banyak kalangan.
Pecintanya pun beragam dan tak mengenal batasan, mulai dari pria dan wanita,
muda hingga tua semuanya gemar melakoni olahraga yang terbilang cukup ekstrim
ini.
Bagi para pendaki pria, seorang wanita yang hobi menjalani
kegiatan outdoor ini terbilang
istimewa. Kenapa? Karena pada umumnya pendakian identik dengan hobi pria.
Sejauh ini, pendaki-pendaki wanita telah menjamur di berbagai gunung yang
tersebar di Indonesia.
Jika kita amati, setiap gunung di Indonesia banyak sekali
pendaki wanita yang ikut mendaki. Bahkan di antara mereka ada yang sedang
mengandung. Saat melihat seorang wanita yang sedang mengandung ikut mendaki,
pasti yang terlintas di benak kita adalah, apakah boleh? Apakah aman bagi kandungan? Mari simak ulasan berikut
untuk mendapatkan jawabannya.
Seorang dokter muda, Wiwid Santiko angkat bicara untuk menyelesaikan
polemik ini. Wiwid menjelaskan bahwa mendaki gunung saat sedang hamil sangat
tidak dianjurkan. “Sebetulnya tidak baik. Ada beberapa referensi bacaan
mengenai bahasan tersebut,” jelas Wiwid, seperti yang dilansir
Travelista.id.
Pada dasarnya, aktivitas pendakian alangkah lebih baik tidak
dilakukan ketika sedang mengandung. Alasannya karena pada ketinggian tertentu
kadar oksigen akan menipis, sehingga membuat para pendaki cepat merasa
kelelahan, terutama ibu hamil. Bagi ibu hamil, kadar oksigen sangat penting
untuk perkembangan janin.
Jika janin kekurangan oksigen, maka proses pertumbuhan akan
terhambat. Kendati demikian, sebenarnya ibu hamil sah-sah saja untuk melakukan
aktivitas mendaki. Namun dengan catatan mereka harus bersih dari riwayat penyakit,
seperti seperti hipertensi dan preeklampsia (komplikasi kehamilan yang
menyebabkan tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, dan masalah lainnya).
Namun ada banyak hal yang harus diperhatikan agar tidak
terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Ibu hamil diperbolehkan mendaki
asalkan gunung yang dituju memiliki ketinggian tidak lebih dari 8.500 kaki atau
setara 2590,8 mdpl. Meski begitu, ibu hamil tidak diperbolehkan berada
pada ketinggian ini dalam waktu yang cukup lama. Sebisa mungkin cepatlah turun,
apa lagi jika sudah merasakan gejala pusing, terengah-engah, atau sakit kepala.
Maka ibu hamil harus segera turun saat itu juga!
Lantas, bagaimana para ibu hamil yang tinggal di dataran
tinggi? Kenapa dia kuat dan tidak terjadi sesuatu terhadap janinnya? Untuk
kasus ini beda lagi. Bagi wanita hamil yang hidup di dataran tinggi, kondisi
tubuhnya sudah terbiasa dengan iklim cuaca di tempat tersebut. Oleh karena itu,
kadar oksigen yang tipis tidak berpengaruh bagi kehamilannya, karena kondisi
badan yang sudah terbiasa dengan hal tersebut.
Pada dasarnya, aktivitas mendaki ketika hamil hanya akan
memperburuk kondisi Anda. Jika Anda tetap ingin mendaki
saat kondisi tengah mengandung, maka ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu
pada dokter kandungan.
(MDA)